Terkini :

  • Salam sejahtera bagi semua. Irini pasi. Selamat datang di Evangelismos Katolik Timur. Kami mensyiarkan Gereja-Gereja Timur yang bersatu dengan Roma; dan ada dalam himpunan Gereja Katolik sedunia. Yaitu Gereja-Gereja Timur yang untuk saat ini tidak tergabung dalam himpunan Gereja-Gereja Ortodoks.
  • Mohon ingatlah seluruh saudara-saudari Kristiani di dalam doa-doa saudara, khususnya mereka yang berada dalam hambatan dan penganiayaan. Salah satu doa yang dapat digunakan dapat dibaca DI SINI
  • Ayo bergabung dengan Page Facebook "Gereja Katolik Timur Indonesia" DI SINI
  • "First Without Equal". Tanggapan terhadap Patriarkat Moskow (Gereja Ortodoks Rusia) tentang Primasi. Terambil dari Situs resmi Patriarkat Konstantinopel (Gereja Ortodoks Konstantinopel) DI SINI. Atau dari Situs resmi Metropolitan Ortodoks Patriarkat Ekumenis di Hong Kong dan Asia Tenggara DI SINI
  • Penjelasan, Antifon, Teks Liturgi Pesta dan Hari Raya penting, dapat ditemukan DI SINI
  • Halaman depan dapat ditemukan DI SINI

Senin, 14 Mei 2012

St Maria Sang Tabernakel Yang Hidup


Salah satu gelar pujian yang diberikan oleh Gereja (Timur dan Barat) kepada Maria Sang Theotokos Tersuci adalah “Tabernakel Yang Hidup”. Gelar ini berusia sangat tua. St Hipolitus dari Roma yang hidup pada tahun 170 – 235 (diperingati oleh Gereja Katolik Timur pada 30 Januari; dan oleh Gereja Katolik Roma pada 13 Agustus) menyebut Maria dalam tulisannya sebagai “Tabernakel yang tak lapuk dan rusak”. Dan Pujian Himne kepada Theotokos pada Hari Raya Kabar Baik dalam Gereja Timur Ritus Bisantin mengatakan : “Terimalah kesukaan besar ya seluruh bumi, dan pujilah kemuliaan Allah ya seluruh surga. Sang Theotokos, Tabernakel Allah yang hidup, untuk selamanya tidak akan tersentuh oleh tangan yang kotor. Maka bibir semua orang percaya akan bernyanyi kepadanya tak kunjung henti dengan suara para malaekat, berseru dengan sukacita, “Salam, ya yang penuh rahmat. Tuhan serta-mu.””

Kitab Keluaran 26 menyampaikan bahwa pada saat bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah terjanji, lebih tepatnya adalah ketika mereka berada di Padang Gurun Sinai, Allah memerintahkan kepada mereka untuk membuat Tabernakel, yaitu Kemah Suci (bahasa ibrani : Mishkan, tempat tinggal) tempat Allah dan Nama-Nya yang kudus berdiam di tengah umat Israel. Bahasa Yunani mengungkapkannya dengan kosakata “skenoo” atau “eskenosen”, yang artinya adalah “bertempat tinggal”, “menetap”, “mendiami”. Dan dikisahkan bahwa kemuliaan Allah memenuhi Tabernakel tersebut, yaitu memenuhi bagian dalam Tabernakel tersebut, sekaligus pula bagian luarnya. Tabernakel tersebut menjadi titik pertemuan antara Allah dan bumi, antara yang Ilahi dan umat-Nya.

Para Bapa Gereja melihat “Tabernakel” yang disampaikan dalam Kitab Keluaran merupakan analogi bayang-bayang masa depan akan pribadi “Maria” Bunda Kristus. Yaitu sebagaimana Allah Yang MahaKuasa berkehendak untuk tinggal di antara umat Israel di Padang Gurun dengan berdiam pada Tabernakel (bahasa Indonesia menuliskannya dengan sebutan “Kemah Suci”) yang adalah ciptaan; demikian pula lah Firman Allah Yang MahaKuasa berkehendak untuk tinggal di antara umat manusia dengan berdiam dalam diri Perawan Maria, makhluk ciptaan-Nya, selama sembilan bulan. Inilah misteri “Shekinah”, yang artinya adalah “Allah berdiam” (bahasa ibrani : sakan Yhwh). “Shekinah” dalam perkembangan berikutnya juga diartikan sebagai “kehadiran Allah”. Kitab Keluaran 25:8 dalam versi Targum Onkelos mengatakan, “Aku akan membuat shenikah-Ku menetap tinggal di antara kalian”.

Sebagaimana karena Allah berdiam dalam Tabernakel / Kemah Suci pada jaman Perjanjian Lama maka kemuliaan Allah pun memenuhi dan meliputi Tabernakel tersebut, pada bagian dalam dan luarnya; demikian pula lah “Tabernakel yang hidup”, yaitu Maria, penuh dan diliputi dengan kemuliaan dan rahmat Allah, karena Allah berkenan diam dan melakukannya.

Dalam gedung-gedung gereja, baik Gereja Timur (Katolik dan Non Katolik) maupun Gereja Barat, ditemukan pula sebuah peti Tabernakel (disebut pula dengan istilah “Artophorion”). Di dalamnya, disimpanlah Yesus Kristus dalam wujud Sakramen Yang Mahakudus. Tabernakel atau Artophorion ini melambangkan tabernakel pada perjanjian lama, sekaligus melambangkan Maria. Karena sebagaimana tabernakel Gereja menyimpan Yesus Kristus di dalamnya, demikian pula lah tabernakel Perjanjian Lama merupakan tempat Allah berdiam dan hadir. Maria, “Sang Tabernakel Yang Hidup”, mengandung Yesus Kristus yang adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Sama seperti tabernakel gereja yang menjadi wadah bagi Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur, demikianlah Maria menjadi wadah bagi Yesus Kristus. Yesus Kristus yang adalah Firman Allah, ilahi sejak semula bersama dengan Bapa, yang mana melalui Dia lah diciptakan segala sesuatu yang ada, berkenan mengambil Maria salah satu ciptaan-Nya sebagai “wadah” tempat Ia berdiam.

Dalam Injil Lukas 1, dikisahkan bahwa Maria, dalam keadaan mengandung Yesus, pergi mengunjungi Elisabet saudari sepupunya. Ketika Elisabet mendengar salam dari Maria, segera saja ia dan Yohanes Pembaptis di dalam kandungannya dikuasai oleh Roh Kudus. Selain itu, terdapat pula sebuah kisah yang menceritakan bahwa ketika Maria yang tengah mengandung dan Yosef pergi mengungsi ke tanah Mesir, terjadilah gempa besar melanda wilayah Mesir. Patung-patung berhala runtuh. Dewa dewi Mesir gemetar karena kedatangan Sang Raja Para Dewata. Demikianlah kita dapat mengerti betapa hal-hal besar terjadi dimana Yesus berada.

Untuk lebih mengerti mengenai misteri ini, marilah kita mempelajari tulisan Bapa kita yang kudus, Beato Yohanes Paulus II Paus Roma, dalam Surat Apostolik Ecclesia de Eucharistia. Berikut ini adalah sebagian dari tulisan tersebut :

 
PADA SEKOLAH MARIA, SANG WANITA EKARISTI

53. Kalau kita ingin menemukan seluruh kekayaan misteri hubungan Gereja dan Ekaristi, maka hanya Maria <Bunda Allah> Bunda dan Model Gereja, yang dapat membimbing kita kepada penghayatan Sakramen Mahakudus. Karena hanya Maria lah yang memiliki relasi yang sangat mendalam dengan kenyataan misteri tersebut.

Sekilas pada awalnya, Injil berdiam mengenai subjek ini. Peristiwa penetapan Ekaristi pada malam Kamis Suci tidak menyebutkan apapun mengenai Maria. Namun kita mengetahui bahwa Maria juga turut hadir bersama para rasul yang berdoa “dengan sehati” (bdk Kisah Rasul 1:14) dalam komunitas pertama tersebut yang berkumpul bersama sesaat setelah Kenaikan Kristus, untuk menantikan Pentakosta. Maria bisa dipastikan juga turut hadir dalam perayaan-perayaan Ekaristi “Pemecahan roti” (Kisah Rasul 2:42) yang dilakukan oleh generasi pertama Kristiani.

Hubungan antara Maria dengan Ekaristi terjadi diawali dengan disposisi batin Maria, selain dengan ikut serta dalam Ekaristi. Maria adalah seorang Wanita Ekaristi di sepanjang seluruh kehidupannya. Dan Gereja, yang menjadikan Maria sebagai contoh, juga dipanggil untuk meneladan Maria di dalam hubungannya dengan misteri yang mahasuci ini.

54. Mysterium fidei! Iman yang misteri! Jika Ekaristi merupakan suatu misteri iman yang begitu transenden tak terjangkau oleh akal budi pikiran kita dan tidak dapat dimengerti melalui kata-kata dalam sabda Tuhan, maka hanya pada Maria kita dapat dibantu dan dibimbing untuk juga memiliki disposisi batin untuk mengertinya. Sebagaimana kita mengulang kembali apa yang telah Kristus lakukan pada Perjamuan Terakhir, demi ketaatan kepada perintah-Nya, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku!”, kita pun diminta Maria untuk taat kepada-Nya <Yesus Kristus> tanpa ragu sedikitpun, “Lakukanlah apapun yang diperintahkan-Nya untuk kamu kerjakan” (Injil Yohanes 2:5). Dengan perhatian keibuan yang sama dengan yang telah Maria tunjukkan dalam pesta pernikahan di Kana, Maria seolah-olah juga berkata kepada kita, “Janganlah bimbang. Percayalah saja kepada perkataan Putera ku. Jika Dia berkuasa mengubah air menjadi anggur, maka Ia pun berkuasa mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Dan melalui misteri ini, Ia mempercayakan kepada mereka yang percaya kepada-Nya : kenangan yang hidup akan kebangkitan-Nya, yang adalah “roti kehidupan”.

55. Maria telah menghayati iman Ekaristinya sejak dia mengucapkan Fiat <catatan penulis : Fiat adalah kesedian untuk taat pada kehendak Allah, ketika Maria mengucapkan “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu> menanggapi pewartaan Malaekat. Maria mempersembahkan rahim perawannya kepada Sabda Allah Yang Menjelma. Dan ia mengandung Putera Allah dalam kenyataan fisik, yaitu tubuh dan darah-Nya, sehingga dalam arti tertentu dia mengalami lebih dulu di dalam dirinya apa yang terjadi secara sacramental dalam diri setiap umat beriman saat menyambut Tubuh dan Darah Tuhan, dalam rupa roti dan anggur.

Ada kemiripan yang luar biasa dalam antara “Fiat” Maria yang menjawab malaekat dan “Amin” jawaban umat beriman saat menyambut Tubuh Tuhan. Sebagaimana Maria diminta percaya bahwa Anak yang dikandungnya dari Roh Kudus adalah Putera Allah, maka kita pun diundang untuk percaya bahwa Yesus Kristus yang sama, Putera Allah dan Putera Maria, hadir dalam kepenuhan kemanusiaan dan keilahian-Nya dalam rupa roti dan anggur.

“Berbahagialah dia yang percaya”. (Injil Lukas 1:45). Dengan percaya kepada misteri penjelmaan, Maria mengantisipasi iman Gereja akan Ekaristi. Dalam arti tertentu Maria menjadi “Tabernakel” bagi Putera Allah, saat dia membawa Sang Sabda yang menjadi daging di dalam rahimnya. Dial ah “Tabernakel Perdana” yang hidup. Putera Allah yang masih tersembunyi di dalam rahim Perawan Maria memancarkan terang kehadiran-Nya melalui mata dan suara Maria. Dan Dia <Yesus Kristus> memberikan diri untuk disembah oleh Elisabeth. Kita pun dipanggil untuk menjadi “Tabernakel yang hidup” yang membawa Kristus kemana pun kita pergi supaya orang lain dapat disinari oleh pancaran kasih-Nya. Pandangan Maria tatkala dia merenungkan wajah bayi Yesus dan mengasuh-Nya dalam ayunan tangannya, adalah model kasih yang tiada tara yang pantas mengilhami kita setiap kali kita menyambut komuni Ekaristi.

56-57. Maria berpartisipasi dalam dimensi kurban Ekaristi sepanjang hidupnya, bukan hanya di Kalvari. Pada saat Kanak-Kanan Yesus dibawanya ke Bait Allah untuk dipersembahkan kepada Allah, Simeon menubuatkan tragedy penyaliban Puteranya yang akan menjadi seperti pedang menusuk jantungnya (Injil Lukas 2:22-35). Hari demi hari, Maria mempersembahkan Puteranya dan juga dirinya sendiri sebagai persiapan menuju Kalvari. Maria mengalami suatu “bayang-bayang akan masa depan tentang Ekaristi” yang dapat dikatakan sebagai “komuni rohani” : suatu kerinduan dan persembahan, yang akan memuncak dalam kesatuannya dengan Sang Putera dalam sengsara dan wafat-Nya di salib.

Maria berpartisipasi dalam perjamuan Ekaristi yang dirayakan oleh para Rasul sesudah Yesus wafat. Tubuh yang dihadirkan, “Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu” adalah tubuh yang sama dengan yang dikandung di dalam rahimnya. Maka menyambut komuni bagi Maria merupakan saat memperbaharui pengalamannya ketika menyambut Kristus di dalam rahimnya dan ketika Kristus mempersembahkan Diri di salib. Maria sungguh mengenangkan Yesus dalam inti misteri Ekaristi, “Perbuatlah ini sebagai peringatan akan Daku” (Injil Lukas 22:19).

Bila kita mengenangkan sengsara dan wafat Kristus, kita juga menghadirkan segala sesuatu yang dilakukan Kristus dalam relasi dengan Bunda-Nya. Yesus menyerahkan kita masing-masing kepada Maria, “Inilah anakmu” dan berkata kepada setiap orang dari kita, “Inilah ibumu!” (Injil Yohanes 19:26-27). Mengenangkan wafat Kristus dalam Ekaristi berarti juga menyambut Maria sebagai Bunda kita dan memperbaharui komitmen untuk menjadi serupa dengan Kristus di dalam Gereja, sekolah iman, bersama Bunda-Nya yang selalu mendampingi kita.

Maria sebagai Bunda Gereja, selalu hadir bersama Gereja pada setiap perayaan Ekaristi. Sebagaimana Gereja dan Ekaristi bersatu tak terpisahkan, demikian juga Maria dan Ekaristi. Inilah salah satu alasan, mengapa sejak awal mula, peringatan akan Maria selalu menjadi bagian dalam perayaan Ekaristi Gereja Timur dan Gereja Barat.

58. Dalam perayaan Ekaristi, Gereja sungguh bersatu dengan Kristus dan kurban-Nya dalam semangat Maria. Kidung Maria Magnificat (Jiwaku memuliakan Tuhan) adalah kunci untuk memasuki penghayatan Ekaristi. Maria memuliakan Tuhan “melalui” Yesus, “di dalam” serta “bersama” Yesus, Maria memuji Tuhan. Magnificat mengungkapkan spiritualitas Maria. Inilah yang paling agung dari segala spiritualitas yang membantu kita mengalami Misteri Ekaristi. Ekaristi telah dianugerahkan kepada kita agar hidup kita pun, seperti Maria, semakin sempurna menjadi Magnificat <pujian dan pengagungan bagi Allah>.




( Referensi tulisan : Buku Panduan Mata Kuliah “Tafsir Taurat” oleh Rm Deshi Ramadhani SJ; www.wikipedia.org; Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II “Ecclesiae de Eucharistia” dari www.vatican.va; “Byzantine Daily Worship”, Most Rev Joseph Raya, Alleluia Press, USA, 1995. Imprimatur : Archbishop Joseph Raya. Blessing and Recommendation : Patriarch Maximos V Hakim of Melkite Greek Catholic Church and Patriarch Athenagoras I of Constantinople of Eastern Orthodox Church; dan dari berbagai sumber.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar