Terkini :

  • Salam sejahtera bagi semua. Irini pasi. Selamat datang di Evangelismos Katolik Timur. Kami mensyiarkan Gereja-Gereja Timur yang bersatu dengan Roma; dan ada dalam himpunan Gereja Katolik sedunia. Yaitu Gereja-Gereja Timur yang untuk saat ini tidak tergabung dalam himpunan Gereja-Gereja Ortodoks.
  • Mohon ingatlah seluruh saudara-saudari Kristiani di dalam doa-doa saudara, khususnya mereka yang berada dalam hambatan dan penganiayaan. Salah satu doa yang dapat digunakan dapat dibaca DI SINI
  • Ayo bergabung dengan Page Facebook "Gereja Katolik Timur Indonesia" DI SINI
  • "First Without Equal". Tanggapan terhadap Patriarkat Moskow (Gereja Ortodoks Rusia) tentang Primasi. Terambil dari Situs resmi Patriarkat Konstantinopel (Gereja Ortodoks Konstantinopel) DI SINI. Atau dari Situs resmi Metropolitan Ortodoks Patriarkat Ekumenis di Hong Kong dan Asia Tenggara DI SINI
  • Penjelasan, Antifon, Teks Liturgi Pesta dan Hari Raya penting, dapat ditemukan DI SINI
  • Halaman depan dapat ditemukan DI SINI

Rabu, 05 Desember 2012

Pendapat Terhadap "Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa" (Bagian 2)


4) Pada pembicaraan sebelumnya dikatakan bahwa kata-kata “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” adalah formulasi (ungkapan) Gereja Barat. Bisa dijelaskan bagaimana perbedaan pengungkapannya dibandingkan dengan Gereja-Gereja Katolik Timur? Dan mengapa hal itu bisa terjadi?
 
Sekali lagi perlu disampaikan bahwa Gereja-Gereja Katolik Timur menerima “Maria Dikandung Tanpa Noda Asal”, tapi dengan ungkapan Gereja Timur, karena Gereja-Gereja Katolik Timur merupakan Gereja Timur.

Perbedaan sudut pandang, penekanan, spiritualitas, Tradisi membuat adanya 2 gaya bahasa yang berbeda untuk mengungkapkan suatu misteri iman yang sama. Sehingga suatu misteri iman dilihat dan diungkapkan dari 2 sisi yang berbeda. Keduanya sama baiknya dan merupakan rahmat Roh Kudus yang memberikan pewahyuan kepada Gereja-Nya.
Sebagai contoh :

Gereja Barat (Katolik Romawi) mengungkapkan kebenaran iman dengan bahasa “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” (gaya bahasa negatif, “tanpa”, “tidak”).  Sedangkan Gereja Timur mengungkapkannya dengan bahasa “Theotokos Yang Dipenuhi Dengan Roh Kudus”, “Tempat Roh Kudus Berdiam”, “Penuh Rahmat” (gaya bahasa positif). Keduanya melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan mengungkapkan dalam bahasa yang berbeda, tapi bagi Gereja Katolik keduanya saling melengkapi dan memperkaya. Maka, YM Paus Yohanes Paulus II menyatakan, “pada kenyataanya, gaya bahasa negatif tentang keistimewaan Maria yang berasal dari kontroversi-kontroversi terdahulu mengenai Dosa Asal sebagaimana dikenal di dunia Barat, haruslah dilengkapi dengan ekspresi positif tentang kekudusan Maria yang secara jelas ditekankan pada tradisi Timur.” Jadi, perbedaan ini mungkin menjadi suatu masalah pada Gereja-Gereja Timur Non Katolik, namun sama sekali tidak menjadi masalah bagi Gereja Katolik pada umumnya dan bagi Gereja-Gereja Katolik Timur pada khususnya.


5) Bukankah jika “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” maka akan memisahkan Maria dari semua manusia lainnya? Bukankah dengan demikian maka kemanusiaan Maria tidak sama dengan yang lain?

Sama sekali tidak. Maria tetaplah manusia sepenuhnya, sama seperti manusia lainnya, manusia sepenuh-penuhnya. Hanya saja Maria diselamatkan dari dosa sejak awal, dan ia tidak berdosa untuk seterusnya. Yesus Kristus adalah sebenar-benarnya manusia dan Ia tidak berdosa, tidak berdosa asal maupun dosa aktual, lantas apakah ketidakadaan dosa itu mengurangi ataupun membedakan kemanusiaan-Nya? Sama sekali tidak. Gereja mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia, hanya Ia tidak berdosa.

Selain daripada itu, mengatakan bahwa ketidakberdosaan mengurangi atau membedakan kemanusiaan adalah suatu yang berbahaya, seolah-olah mengharuskan adanya dosa maka barulah dianggap sungguh-sungguh manusia. Padahal sebaliknya, manusia yang sesungguhnya, manusia yang asali, yang diciptakan Allah pada mulanya, yang dikehendaki Allah adalah manusia yang tidak berdosa. Inilah tujuan kedatangan Yesus, yaitu memulihkan manusia dan membawa manusia kembali kepada keadaan fitrahnya yaitu suci murni tanpa dosa. Maria yang tidak berdosa membuat menjadi masuk akal mengapa ia disebut sebagai Hawa Baru. Dan Yesus Kristus adalah Adam Baru. Untuk menyatakan kekudusan dan ketidak berdosaan adalah tanda bahwa ketaatan mereka kepada Allah sempurna. Sia-sia lah jika Hawa Lama dan Hawa Baru keduanya pernah berdosa, tidak ada perbedaan antara keduanya.


6) Bukankah jika “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” maka akan menyamakan kedudukan Maria dengan Tuhan Allah?

Gereja tidak akan pernah menyamakan Maria dengan Allah. Maria tetaplah ciptaan, dan Allah adalah Pencipta. Ketidak berdosaan Maria sama sekali tidak menyamakan kedudukan Maria dengan Tuhan Allah. Semua orang tentu tahu bahwa kedudukan Adam dan Hawa tidak sama dengan Allah ketika mereka masih belum berdosa. Semua orang tentu tahu bahwa kedudukan malaekat yang kudus tidak berdosa jelas tidak sama dengan Allah. Lantas mengapa Maria menjadi dianggap sama dengan Allah kalau ia hidup kudus tidak berdosa sesuai kehendak Allah?! Suatu tuduhan yang terlalu dipaksakan, dan berasal dari motivasi tidak mengenal kasih.


7) Bukankah jika “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” maka Maria tidak membutuhkan Juruselamat? Karena untuk diselamatkan perlulah memiliki dosa?

Justru karena Juruselamat yaitu Yesus Kristus lah maka Maria menjadi tidak berdosa bahkan sejak ia ada di dalam kandungan. Seluruh manusia memerlukan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Tidak ada keselamatan selain dari Yesus sendiri sebagai satu-satunya jalan. Hanya saja caranya berbeda.
Analogi (gambaran) untuk hal ini adalah sebagai berikut : Di suatu tempat terdapatlah suatu kubangan lumpur yang hitam pekat dan menjijikkan. Tak jauh dari kubangan lumpur itu tinggallah suatu keluarga yang memiliki 2 anak. Maka datanglah anak pertama yang lalu terjerumus ke dalam kubangan lumpur itu dan tidak dapat menyelamatkan diri. Datanglah seorang pemuda menyelamatkan anak pertama tersebut, mengangkatnya dari lumpur, membersihkannya hingga benar-benar bersih dan mengantar ia pulang ke rumah anak tersebut. Lalu tak berapa lama datang pula lah anak kedua, seorang gadis kecil, yang berjalan ke arah lumpur itu. Sebelum sempat terjerumus, anak kedua itu diselamatkan oleh pemuda tersebut sehingga ia terhindar dari kubangan lumpur tersebut.

Kedua anak tersebut sama-sama diselamatkan oleh pemuda tersebut, namun dengan cara yang berbeda. Kedua nya membutuhkan pemuda itu untuk menyelamatkan mereka. Dan jika tidak ada pemuda itu tentu keduanya tidak ada yang selamat dari kubangan lumpur itu. Anak pertama adalah gambar kita semua yang telah jatuh ke dalam kubangan dosa namun diselamatkan Juru Selamat. Anak kedua adalah gambaran Maria yang juga diselamatkan oleh Juru Selamat. Apakah perlu terjerumus terlebih dahulu untuk diselamatkan? Bukankah Juru Selamat juga mampu menghindarkan dan menjaga domba-Nya dari marabahaya dan malapetaka. Mengapa meragukan kebaikan Tuhan.


8) Bukankah “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa” tidak ada di dalam Tradisi Gereja?

Bagi Gereja-Gereja Katolik Timur, ketika berkata “Tradisi” maka mau tidak mau pasti lah harus berkaitan dengan Para Bapa Gereja.
- St Gregorius dari Nissa (tahun 335-395) menyebut Maria Theotokos Tersuci dengan sebutan “Maria Yang Tak Bernoda”.
- St Efraim dari Siria (tahun 306-373) menulis, “Engkau Tuhan dan Ibu-Mu adalah yang sepenuh-penuhnya indah dalam segala hal. Karena pada-Mu Ya Tuhan tidak ada noda apapun, dan pada Ibu-Mu pun tidak ada noda apapun”. Dan ia pun menulis, “Maria dan Hawa adalah 2 orang yang tanpa kesalahan pada awalnya. Pada kesudahannya,  salah satunya (Hawa) menjadi penyebab kematian kita, dan yang satunya lagi (Maria) menjadi penyebab kehidupan kita.”
- St Ambrosius dari Milan (tahun 430) menulis tentang Maria, “seorang perawan yang tidak saja tak pernah melanggar, tapi lebih lagi karena rahmat tidak tersentuh dosa, bebas dari segala noda”.
- St Everus Uskup Antiokia (tahun 538) mengajarkan, “Dia (Maria) adalah bagian dari umat manusia dan sama seperti kita manusia, meskipun ia murni bebas dari segala noda dan tidak bernoda”.
- St Yohanes Damaskus (tahun 675-749) menuliskan, “Tubuhmu yang tak bernoda, yang dihindarkan dari segala noda dosa, tidak dibiarkan tinggal di bumi”. 


9) Bukankah ada beberapa orang-orang kudus Gereja Katolik yang menentang “Maria Dikandung Tanpa Noda Asal”?

Menjadi orang kudus bukan berarti bebas dari dosa dan dari kesalahan. Gereja pun tidak pernah mengadopsi dan menerima pendapat orang kudus tersebut sebagai suatu kebenaran iman jika memang tidak benar atau diragukan.


10) Jika Maria Ibu Yesus dikuduskan dan dibebaskan dari dosa, mengapa Anna ibunya, lalu nenek Maria, lalu nenek buyut Maria tidak juga dibebaskan dari dosa sejak kandungan?

Satu hal yang pasti bahwa yang akan mengandung Yesus Kristus Tuhan adalah Maria. Maria lah yang akan menjadi wadah kediaman Yesus Kristus. Maka Maria sebagai “Piala kudus”, “Tabernakel Tak Bernoda”, “Tabut perjanjian” dipastikan kudus karena akan mengemban Yang Kudus. Karena itu Tradisi Gereja-Gereja Katolik Timur menyebut Maria sebagai Platitera Ton Ouranon “Yang lebih luas dari surga", karena Apa yang tak sanggup dinaungi surga bersedia tinggal di dalam rahim Maria.


11) Bagaimana Tradisi Gereja-Gereja Katolik Timur memuji-muji Maria?

Seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa Gereja-Gereja Katolik Timur (dalam hal ini utamanya adalah yang menggunakan Ritus Bisantin) menggunakan sudut pandang dan gaya bahasa positif yaitu memandang kekudusan Maria. Ia disebut sebagai “Yang Sepenuhnya Kudus” (Panaghia). “Yang Sepenuhnya Tidak Bernoda” (Panamomos). Para Bapa Konsili Efesus pada tahun 431 menyatakan Maria sebagai “Kudus, Murni, lebih terhormat dari Kerubim dan tiada terbanding lebih mulia dari Serafim”. Pada teks perayaan Maria Dikandung Tanpa Noda, dinyanyikan, “Dikandungnya Maria adalah sukacita bagi seluruh dunia, karena kutuk telah berakhir, dan berkat telah tiba”.   Dan ia pun dipanggil sebagai “Yang Tak Bernoda” (Akhrantos).


12) Sebagai kesimpulan akhir mengenai “Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa”?

Sebenarnya pandangan Gereja Barat dan Gereja-Gereja Timur mengenai Maria tidak saling bertentangan dan tidak perlu dipertentangan, karena keduanya melihat dari sisi yang berbeda. Seperti halnya kedua pendapat ini saling melengkapi satu dengan yang lain dan diterima dengan baik di dalam Gereja Katolik. Maka sudah seharusnyalah pihak-pihak yang mempertentangkan hal ini atau pun mencap sesat pihak lain karena perbedaan sudut pandang, saling merendahkan hati, mau menerima pihak lain sebagai saudara dan tidak menjadikan hal ini sebagai suatu permasalahan atau bahkan menjadikannya bahan untuk mengkutuk pihak lain.


“Pada hari ini, wahai umat beriman, dari orang tua yang kudus datanglah domba yang tak bernoda, tabernakel yang murni tak bercela, Maria……”



( Penulis : DCS Evangelismos Katolik Timur. Referensi : www.east2west.org oleh Dr Anthony Dragani; orthodoxwiki.org; “My Belief in the Immaculate Conception Doctrine” oleh Daniel Joseph Barton; EWTN Library file; “Liturgi Slavik-Bisantin St Yohanes Krisostomus”  oleh Bapa Casimir Kucharek dan berbagai sumber. Sumber Gambar : catholicismpure.wordpress.com )








Tidak ada komentar:

Posting Komentar